Pengalaman mengikuti AsiaSource 2005 di Bangalore, 28 Jan – 4 Feb. Bagian II


Di bagian kedua ini kita akan membahas apa saja yang terjadi di hari pertama. Session2nya, dan hal2 unik yang terjadi selama session ataupun off-session. Sebagai informasi, saya mengambil migration track, sebab cukup relevan dengan apa yang sedang kita kerjakan di kantor.


Sebelum masuk lebih jauh, ketika diumumkan bahwa acara camp ini dibagi menjadi 3 track, maka kami sesama peserta dari Indonesia sepakat secara ‘informal’ bahwa sebaiknya kami berpencar ke dalam track2 yang ada dengan tetap menyesuaikan minat masing2. Saya dan Nanang ikut migration track, Pak Adi di localization (jangan diterjemahkan yah, soalnya kan istilah lokalisasi dalam bahasa Indonesia berarti…. hehe.. iya ngga Pak Adi?), Uung dan Pak Idaman di open content and publishing.

Morning Circle
Di setiap pagi setelah sarapan, kami semua berkumpul di gubug besar untuk melakukan yang namanya ‘Morning Circle’. Kegiatan ini adalah waktu dimana kami mendapat briefing dari panitia mengenai apa saja yang akan kami terima pada hari itu dari pagi hingga petang. Tapi sebelum itu, panitia selalu melemparkan sebuah pertanyaan yang unik2 kepada tiap peserta mengenai sesuatu. Seperti "warna apa yang dapat menggambarkan perasaanmu saat ini?" Ada yang menjawab dengan warna standard seperti biru, merah, putih, dll, tapi ada juga yang creative dan mengundang tawa dengan menjawab "transparent". Juga pertanyaan lain seperti "Tempat apa yang menurut kamu paling indah di dunia?" Kebanyakan menjawab "Home", beberapa menjawab "My Room", dan saya menjawab "Google.com" Haha.. ternyata hal ini mengundang tawa semua peserta dan tepuk tangan. Pengen tertawa bila mengingatnya, soalnya jadi kesannya saya ini geek banget githuu..


Gambar-0-morning-circle.jpg

O iya, di morning circle hari pertama ini, panitia memberikan guidelines umum yang harus dipatuhi oleh semua peserta, dan menurut saya sangat baik, yaitu:

  • Demonstrate respect for others at all times (tunjukkan rasa hormat kepada yang lainnya setiap waktu). Proses belajar dan sharing yang efektif hanya dapat terjadi bila dilandasi oleh rasa hormat satu dengan yang lainnya. Juga kita dilarang berbicara kepada teman di sebelah kita selama session berlangsung dan kita harus konsetrasi kepada apa yang sedang terjadi saat itu.
  • Include everyone in the circle (libatkan semua orang di dalam lingkaran). AsiaSource jangan dilihat sebagai ajang untuk menunjukkan siapa yang terbaik dan pintar, tetapi seyogyanya dilihat sebagai kesempatan untuk meluaskan network kita, teman2, keahlian, kolaborasi dan pengertian.
  • Ask question early and often (Tanyalah pertanyaan seawal dan sesering mungkin). AsiaSource diadakan secara khusus untuk mereka yang membutuhkan informasi di dalam mendevelop, merekomendasikan, dan menerapkan FOSS di dalam sektor kehidupannya. Para peserta dapat bertanya kapan saja, tidak ada istilah "pertanyaan yang bodoh".
  • Embrace a spirit of sharing (Berbagilah). Kita semua percaya bahwa setiap peserta di AsiaSource memiliki keahliannya sendiri di bidangnya masing2. So, setiap peserta diharapkan saling berbagi hal tersebut.
  • Share first, debate later (Berbagilah dahulu, debat belakangan). Kita percaya bahwa pasti kita masing2 memiliki keyakinan tersendiri dan berbeda satu sama lain dalam hal2 di hidup ini. Namun begitu diharapkan para peserta berkonsentrasi di dalam berbagi terlebih dahulu di dalam setiap session. Kita semua dapat berdebat kembali secara seru di luar session.
  • Help us to realize the full potential of this gathering (Tolong kami di dalam menyadari potensi seutuhnya dari acara ini). Secara singkat, konsep ini memiliki arti: Jika kita berhasil di dalam mengajari orang lain dan juga belajar dari orang lain, maka waktu kita di dalam AsiaSource ini sungguh tidak sia2.

Ok, back to easy thing. Seperti yang dapat kita lihat di gambar-0, para peserta berkumpul di gubug besar dengan duduk berkeliling di lantai. Pembawa acara kita adalah Allan Gunner (gambar-0-morning-circle2). Dia sangat pandai membawakan acara ini dengan humor2nya yang segar. Sikapnya membuat kita semua merasa santai dan terbuka. Mottonya yang sangat terkenal menjadi trade marknya adalah "Right On!" Hehe.. nanti di hari akhir camp, beberapa dari kita menggodanya dengan meniru gaya dan mimiknya Gunner.


Gambar-0-morning-circle2.jpg
Allan Gunner sedang melakukan morning circle.


Di gambar-0-morning-circle3, beliau adalah Sunil Abraham dari Mahiti, salah satu penyelenggara AsiaSource ini. Beliau sangat berjiwa kebapakan dan menjadi panutan bagi semua panitia dan peserta.

Ada beberapa peserta yang "sial" karena datang telat ke morning circle. Mereka kita "kibulin" dengan mengatakan bahwa semua orang secara bergiliran harus menyanyi atau menari di depan semua orang. Padahal kenyataannya sama sekali tidak ada keharusan itu. Hehe.. salah satu korban yang kita kerjai adalah Shawn dari Korea Selatan. Dan yang kita surprise, ternyata dia sama sekali tidak grogi dan serta merta maju ke tengah lingkaran untuk berkaraoke menggunakan pen sebagai micnya. Wah dan ternyata suaranya cukup membuat panas kuping kita semua karena sangat fals namun keras. Dan kelihatannya dia tidak peduli. Hehe..


Gambar-0-morning-circle1a.jpg
Shawn dari Korea Selatan sedang "berkaraoke"

Migration Track, Session hari pertama.
Di hari pertama ini kita dikenalkan dengan "Strategi apa yang harus diambil di dalam melakukan migration (dari closed source program ke open source program), dan bagaimana melakukannya". Seperti yang dapat dilihat pada gambar-1-migration-strategy1, panitia menyediakan potongan karton dengan kata2 yang merupakan step2 di dalam melakukan migration. Step2 tersebut adalah (tidak berurutan): Review your mission, identify resources, assess current technology use, review your technology objectives, develop a plan.

Yang menarik dari session ini adalah, masing2 peserta BEBAS di dalam mengutarakan pendapatnya di dalam menentukan urutan/langkah2 apa saja yang harus kita ambil dalam strategy migration ini. Seperti yang dapat dilihat pada gambar2 berikut ini. Bahkan ada suatu kejadian dimana ada yang berpendapat bahwa seharusnya ada beberapa langkah yang sebenarnya harus digabung ke dalam 1 langkah 🙂 Anyway, session pertama ini sungguh berkesan bagi saya, sebab sangat terasa atsmosphere saling berbaginya. Semua dengan semangat saling mengutarakan pendapatnya tanpa takut dan yang lainnya juga bebas menerima atau menyanggah. Di akhir session, akhirnya kami semua sepakat atas susunan langkah2 tersebut.


Gambar-1-migration-strategy1.jpg
Thomas Krag dari Denmark mengutarakan pendapatnya.


Gambar-2-migration-strategy2.jpg
David Tremblay dari Vietnam sangat antusias. Dibelakangnya berdiri Dirk Slater dari USA, salah seorang fasilitator kami.


Gambar-3-migration-strategy3.jpg
Dong Calmada dari Philipina.


Gambar-4-migration-strategy4.jpg
Seorang peserta berpendapat bahwa beberapa step seharusnya digabung menjadi satu 🙂

Migration Lab.
Setelah selesai makan siang, acara dilanjutkan di dalam migration lab. Di hari pertama ini kami mencoba secara langsung menginstall Linux. Di dalam lab ada sekitar 10 PC dan distro yang kami gunakan adalah Ubuntu. Ubuntu ini adalah distro baru yang sedang naik daun berbasis debian. Ini juga pertama kali bagi saya untuk mencoba distro berbasis debian, dan ternyata cukup mengesankan. Karena jumlah PC yang ada lebih sedikit dari peserta yang ada, maka 1 PC digunakan bersama oleh 3 orang. Tiap kelompok dibagi menurut pengetahuan masing2 akan Linux, diharapkan tiap kelompok ada orang yang telah pernah menginstall Linux, dan karenanya dapat membantu yang baru pertama kali menginstall Linux.


Gambar-5-migration-lab1.jpg
Douglas Hunter dari USA sedang menerangkan proses installasi Ubuntu kepada salah seorang peserta dari India (uh.. saya lupa namanya, tapi manis).


Gambar-6-migration-lab2.jpg
Dirk Slater, Sayamindu dari India sedang memberikan pengarahan kepada peserta di lab.


Gambar-7-migration-lab3.jpg
Tomas Krag sedang berusaha menyetel gnomeeting di notebooknya.


Gambar-8-migration-lab4.jpg
Simos Xenitellis dari Yunani berhasil menghubungi Tomas lewat gnomeeting.

Evening Session.
Setelah Afternoon session di lab tadi, kita makan malam. Dan kemudian terdapat beberapa session bebas yang dapat kita pilih. Saya memilih session Jeff Ooi dari Malaysia mengenai pengalamannya mengelola situs komunitas di negaranya, dimana maksud dari situsnya tersebut adalah untuk memberikan pandangan lain yang jujur mengenai apapun yang terjadi di Malaysia. Ia baru2 ini berurusan dengan pihak yang berwajib disana karena salah seorang pengunjung websitenya menuliskan komentar yang dirasa tidak dapat diterima disana.


Gambar-9a-night-session1.jpg
Jeff Ooi sedang memberikan presentasi. Di kiri depan adalah Mohammed Sameer dari Mesir.

O iya, di sela2 session, para peserta bebas melakukan diskusi dengan peserta lainnya. Seperti yang dapat dilihat di Gambar-10, terlihat Arun Metha dari India sedang menunjukkan salah satu program buatannya kepada Pak Idaman (berkumis di sebelah kirinya), lalu terlihat Uung sedikit, dan Nanang di sebelahnya lagi. Paling kanan adalah Henryck Gajewski dari Belanda.


Gambar-10-disela-session.jpg

Selain itu ada fakta menarik di camp ini, yaitu kita mempunyai pembangkit listrik sendiri berupa sebuah mesin diesel yang dijadikan satu dengan sebuah mobil pickup 🙂 Hal ini diperlukan karena listrik yang ada sangat tidak dapat diandalkan sehingga panitia perlu menyediakan pembangkit listrik sendiri.


Gambar-11-pembangkit-listrik.jpg

Bersambung ke bagian ke-3. Ok sampai disini dulu. Di tulisan berikut kita akan bercerita lebih lanjut mengenai session di hari ke-2 beserta kejadian2 lain yang unik selama acara makan siang dan malam, dan session2 bebasnya.

v.1.0 by ari_stress a.k.a tiger74 a.k.a Fajar Priyanto
Jakarta, 18 Maret 2005. fajarpri at arinet dot org
Penulis adalah Microsoft Certified Professional, yang jatuh cinta kepada Linux. Bekerja di sebuah lembaga pendidikan di Jakarta

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *