Pengalaman mengikuti AsiaSource 2005 di Bangalore, 28 Jan – 4 Feb. Bagian I.

Pengalaman mengikuti workshop FLOSS AsiaSource 2005 di Bangalore-India ini sungguh tidak ternilai bagi saya. Banyak hal yang saya dapat dari diskusi2 dan session yang diadakan. Terutama teman2 baru dari seluruh Asia.

Kisah ini akan saya mulai dari sebuah email dari Oom Onno W. Purbo ke milis tanya-jawab@linux.or.id di bulan November 2004, dimana beliau mengajak komunitas linux Indonesia untuk mendaftarkan diri mengikuti AsiaSource. Saya bertanya kepada beliau apakah saya dapat mencoba mendaftar dan beliau berkata, "Mengapa tidak?" So, saya mencari website penyelenggara event ini dan mengirimkan aplikasi pendaftaran. Saya bertanya ke Oom Onno, apa yang harus saya isi di dalam aplikasi pendaftaran, dan saran beliau: "Promote yourself!". Berdasarkan hal ini lalu saya mencoba menceritakan mengenai diri saya dan kegiatan apa saja yang saya lakukan yang berkaitan dengan open source.

Gambar-1. email-oom-onno.jpg

Setelah menunggu selama sebulan, saya mendapat kabar dari panitia bahwa… saya diterima! Yang lebih surprise lagi bahwa semua biaya ditanggung oleh panitia, mulai dari tiket pesawat PP sampai akomodasi. Dari Indonesia terpilih 5 orang, yaitu: saya, Nanang, Uung, Pak Adi, dan Pak Idaman.

Yang harus saya lakukan kemudian adalah mengurus visa ke kedubes India. Dan ternyata prosesnya tidak mudah. Saya harus beberapa kali bolak2. Pertama ketika saya mencoba mengurus di akhir Desember, petugas di kedubes berkata bahwa saya terlalu cepat mengurusnya, sebab kalau visanya keluar di akhir Desember itu, maka visa saya akan keburu expired pada saat saya di India, sebab visanya hanya akan berlaku selama 1 bulan. So, saya memutuskan untuk mengurusnya di minggu ke-2 Januari 2005. Dan… ternyata muncul kendala 1 lagi, yaitu ternyata kedubes India meminta bukti fax langsung dari panitia di India ke kedubes. Jadi walaupun saya telah menunjukkan bukti fax yang saya terima dari panitia, pihak kedubes masih meminta fax asli dari panitia di India ke mesin fax mereka di kedubes. Kami cukup kesal dan stress karenanya. Tapi beruntung ketika kami mengutarakan hal ini kepada panitia, mereka sangat baik dan cooperative. Mereka segera memfax surat undangan tersebut ke kedubes, dan kami semua berhasil mendapatkan visanya.

Saya, Nanang, dan Uung mendapat jadwal pesawat yang sama, tapi kami semua belum pernah bertemu muka sekalipun sebelumnya. So, kita janjian bertemu di Soekarno-Hatta. Kami berhasil ketemu tapi bangku kita di pesawat berbeda2 sebab kita memesan tiket dari travel agent yang berbeda dan confirmnya juga beda. Kami bertiga berangkat pada tanggal 27 Januari jam 17.00 menggunakan Singapore Airlines. Kami transit di Changi sebentar (kami harus berjalan cepat dan hampir boleh dibilang berlari, sebab Changi sangat besar, dan gate yang kami tuju letaknya hampir dari ujung ke ujung terminal) dan menyambung dengan pesawat SQ lainnya ke Bangalore. Saya tidak yakin jenis pesawat
apa yang kami tumpangi kami tapi sepertinya Boeing 777 dengan sekitar 300-an penumpang.

Gambar-2. sg-aiport1.jpg

Yang menarik selama perjalanan ini adalah perjalanan kami memakan waktu sekitar 6 jam, tapi kalau dihitung dari jam ketibaan, waktunya kurang dari 6 jam, hal ini karena kami berangkat ke arah barat, jadi jam di Bangalore lebih lambat beberapa jam dari Indonesia. Selama di perjalanan kami dapat menonton film/musik atau bermain game nintendo/pc menggunakan control yang ada di kursi dan layar lcd di depan kursi. Cukup mengesankan. Kami tiba di Bangalore International Airport sekitar jam 22.50. Proses imigrasi berlangsung lancar. Mereka lugas tapi ramah, mereka sama sekali tidak menanyakan surat undangan dari panitia. Bangalore international airport tidak besar dan
karenanya saya cukup heran bahwa walaupun tidak besar tapi mereka melayani penerbangan internasional.

Kami cukup gugup ketika keluar dari bandara, sebab diantara banyak orang penjemput yang melambai2kan kertas, kami tidak melihat satupun yang bertuliskan AsiaSource. Tapi untunglah ketika kami berjalan terus ke arah jalan, akhirnya kami melihat 2 orang penjemput kami. Mereka berdua orang India, yang satu tinggi besar bernama Allen, dan yang satu kecil bernama Kareem. Bersama mereka telah ada beberapa participant dari negara lain, ternyata tanpa kami ketahui, di dalam pesawat yang barusan kami tumpangi terdapat sekitar 20 peserta AsiaSource dari berbagai negara yang melakukan transit juga di Singapore. Umumnya mereka berasal dari Thailand dan Malaysia.

Ada beberapa hal unik yang kami temui di sekitar airport, yaitu mobil2 India ketika mundur juga mengeluarkan suara tat-tit-tut-tat-tit-tut. Lucu, seperti mobil mainan. Kemudian kami semua naik ke sejenis bis kecil seperti Mitsubishi A300.

Gambar-3. bangalore-airport1.jpg

Lokasi yang kami tuju adalah Vishtar, sebuah tempat pertemuan yang terletak di selatan Bangalore. Lokasinya benar-benar terpencil. Jalanannya berbelok2,berlubang, dan di beberapa lokasi tidak ada lampu jalanan. Perjalanan memakan waktu sekitar 45 menit dan kami tiba di camp jam 1 pagi. Setelah konfirmasi sebentar, kami segera menuju kamar masing2 untuk tidur. Di setiap kamar diisi oleh sekitar 7 orang.

Gambar-4. kamar-1.jpg

Hari ke-1
Pagi hari kami dikejutkan dengan suara orang bernyanyi dan bermain gitar dengan keras di depan kamar. Ternyata panitia membangunkan para peserta dengan cara seperti itu. Sungguh unik. Setelah cuci muka dan gosok gigi (saya tidak mandi, airnya dingin banget! hehe..), kami semua berkumpul di sebuah hut (gubug) besar. Kami semua duduk di lantai dalam lingkaran, dan diberikan welcoming address oleh panitia. Kami semua menyebutkan nama, negara asal, dan perasaan kami saat itu. Sungguh berkesan. Terdapat sekitar 100-an peserta dari berbagai negera Asia dan lainnya, seperti Tajikistan, Mongolia, Nepal, Korea, Thailand, Myanmar, Laos, Vietnam, Malaysia, Pakistan, Afganistan, Bangladesh, India (tentu), Australia, Canada, UK, Belanda, Polandia, USA, Guatamala, Mesir. Kira-kira segitu yang bisa saya ingat.

Gambar-5. gubug-1.jpg

Gambar-6. gubug-2.jpg

Di dalam kata sambutan, panitia mengatakan bahwa kita akan banyak belajar hal2 technical dalam camp ini, tapi yang paling penting adalah "to make friends" from around the world. So, kita diwajibkan untuk berkenalan dengan semua orang yang ada dan berbincang2, baik itu di selama session ataupun istirahat. Dan hal inilah yang saya rasakan selama mengikuti workshop ini. O iya, workshop ini adalah mengenai FLOSS (Free/Libre Open Source Software).

Session2 yang ada di dalam workshop ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: Migration, Localization, dan Open Content.

Migration membahas mengenai strategi2 dan teknik yang bisa dilakukan di dalam melakukan migrasi dan adopsi penggunaan FLOSS.

Localization membahas mengenai teknik2 menterjemahkan software2 open source ke dalam bahasa lokal (seperti menterjemahkan Open Office ke dalam bahasa Indonesia).

Open Content membahas mengenai open source software apa saja yang tersedia dan bagaimana cara memanfaatkannya.

Masing-masing track tersebut (Migration, Localization, dan Open Content) nantinya mempunyai cabang2 pembahasan yang lebih spesialis dan khusus.

Bersambung ke bagian ke-2. Kita akan mulai mengikuti serunya session2 yang ada.

v.1.0 by ari_stress a.k.a tiger74 a.k.a Fajar Priyanto Jakarta, 13 Maret 2005. fajarpri at arinet dot org
Penulis adalah Microsoft Certified Professional, yang jatuh cinta kepada Linux. Bekerja di sebuah lembaga pendidikan di Jakarta

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *